Sayangnya perbincangan publik tersebut kurang menyentuh hal-hal yang bersifat substansial, materi debat. Padahal isi debat adalah janji yang dapat di pegang rakyat dalam hal Calon Bupati diberikan kepercayaan untuk menjalankan roda pemerintahan daerah.
Diskusi dan kelakar publik lebih kepada hal yang tidak prinsip. Seperti kekeliruan bicara kontestan dan candaan yang sekedar mencairkan suasana tegang ruang debat. Kupasannya berhari-hari, dan cenderung tidak produktif bagi mengisi kemajuan Belitung (Induk). Tak lebih seminggu, kelakar debat publik pertama ini meredup.
Meredupnya ulasan debat pertama berlanjut ke debat publik kedua. Menjelang maupun setelah debat kedua, ruang-ruang diskusi publik sepi. Fenomena ini dapat dimaknai:
1. Apakah masyarakat telah jenuh dengan pernyataan-pernyataan kontestan?
2. Dan atau bisa jadi para Calon Pemilih telah memiliki sikap terhadap ketiga Paslon.
3. Dan atau hasil debat tidak berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas Paslon.
4. Dan atau pendekatan mayoritas masyarakat bukan di ruang-ruang formal yang setiap tutur kata kandidat diatur sedemikian rupa, hingga timbulkan kesan tak natural.
5. Dan atau meningkatnya pragmatisme di kalangan Calon Pemilih yang berorientasi pada logistis.
6. Dan atau soal interest di bidang politik yang didukung kondisi pendidikan dan ekonomi pada umumnya.
Jika membandingkan dengan kota-kota besar dan berkemajuan secara ekonomi dengan ukuran _income per capita_ yang cukup memadai, plus melek politik; nampaknya Belitung belum memberikan perhatian khusus dan bobot memadai pada Debat Publik dalam rangka memilih Pemimpinnya. Kekritisan dan antisipatif itu sangat dibutuhkan, mengingat coblosan di TPS yang hanya beberapa menit tetapi akibatnya akan dirasakan 5 tahun. Ini _basic_ nalar untuk menilai kompetensi dan _capability_ Sang Calon dalam kepemimpinan.
Dari dua kali Debat Publik tadi, nampaknya ada beberapa yang dapat di petik dalam menilai Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati.
Pendekatan Psikologi Kepemimpinan dapat mencermati karakter Calon Pemimpin, pola kepemimpinan, kerjasama _Team Work_, pemberdayaan bawahan (termasuk Wakil Bupati) dan cara mendelegasikan setiap wewenang yang dimiliki.