Di Bangka Belitung, saya menemukan suatu fenomena menarik, yaitu upaya masyarakat setempat untuk melestarikan apa yang mereka sebut benteng pertanian sebuah tradisi yang bukan hanya sekadar teknik bertani, tetapi juga filosofi hidup yang menekankan pada prinsip keberlanjutan dan keseimbangan alamnya. Konsep benteng pertanian ini sekarang semakin relevan di tengah maraknya penggunaan teknologi canggih dan bahan kimia dalam pertanian modern.
Sebagai daerah yang kaya dengan hasil pertanian, Bangka Belitung menghadapi dilema besar dalam mempertahankan pola pertanian tradisional di tengah arus modernisasi. Walaupun teknologi pertanian yang semakin maju, seperti penggunaan pupuk kimia dan pestisida, dapat meningkatkan hasil secara lebih cepat, saya percaya bahwa kearifan lokal dalam benteng pertanian justru bisa menawarkan solusi yang lebih baik dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan dan pelestarian alam. Saya sangat mengapresiasi praktik pertanian yang mengedepankan rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan teknik konservasi tanah, yang selama ini diterapkan oleh petani lokal. Menurut saya cara-cara ini efektif untuk mengatasi masalah degradasi tanah serta ketergantungan terhadap bahan kimia.
Namun, saya juga menyadari bahwa mempertahankan benteng pertanian bukanlah hal yang mudah. Di satu sisi teknologi pertanian modern menawarkan hasil yang lebih besar dan cepat. Namun di sisi lain dampak jangka panjang dari penggunaan teknologi tersebut, seperti penurunan kualitas tanah dan pencemaran lingkungan, patut dikhawatirkan. Di sini saya melihat bahwa kearifan lokal yang ada di Bangka Belitung memberikan jalan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Meskipun hasilnya mungkin tidak sebesar atau secepat teknologi modern, saya yakin sistem pertanian berbasis kearifan lokal ini lebih menguntungkan dalam jangka panjang jika kita mempertimbangkan keberlanjutan.
Ke depan nya saya berharap lebih banyak perhatian diberikan pada keberlanjutan pertanian berbasis kearifan lokal. Pemerintah perlu memberikan dukungan yang lebih konkret kepada petani lokal, baik melalui pelatihan, akses pasar untuk produk organik, maupun kebijakan yang mendukung praktik pertanian yang ramah lingkungan. Teknologi modern seharusnya tidak menggantikan melainkan melengkapi sistem pertanian yang telah terbukti efektif dan ramah lingkungan.
Bangka Belitung telah menunjukkan kepada saya bahwa kearifan lokal dalam pertanian, seperti benteng pertanian, bukanlah sesuatu yang usang atau ketinggalan zaman. Sebaliknya, dia bisa menjadi solusi bagi tantangan pertanian di masa depan. Dengan melestarikan tradisi ini, kita dapat menciptakan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Tentu saja, jalan menuju keberlanjutan ini tidaklah mudah, namun saya yakin dengan komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat, dan petani kita dapat mewujudkannya. Benteng pertanian ini bukan hanya merupakan warisan budaya, tetapi juga harapan untuk masa depan pertanian Indonesia yang lebih baik.