“Harga ikan jauh menurun pak, dan kami hanya boleh menjual di kampung kami saja, di kampung banyak yang jual ikan juga. sementara pendapatan orang-orang saat ini hampir seluruhnya minim, bahkan ada pengeluaran tidak seimbang dengan pemasukan”, keluh Rojali
Senada dengan apa yang di keluhkan oleh Suhari, petani dan penjual ikan yang tinggal di Simpang Rimba, Ia mengungkapkan bahwa saat ini pendapatannya benar-benar mimin, hasil pertanian tidak laku, pekerjaan susah,
“Kemaren ( kemarin-red) ubi racun (ubi kasesa) sudah di cabut, sudah di panen, tetapi tidak laku. Orang tidak mau belinya. Kabarnya pabrik ubi di tutup.
Jadi kami harus jual dimana, dan kerugian kami lumayan. Sementara ngulak (menjual) ikan, penghasilan tidak seperti biasanya. Ruang gerak di batasi. Berjualan hanya untuk di Simpang Rimba saja, tidak boleh berjualan ke kampung Gudang dan kampung lainnya. Pokoknya penghasilan kami hanya sebatas menyambung hiduplah”, keluh Suhari
Mendengar dari keluhan mereka, sepertinya tidak hanya mereka bertiga. Banyak yang kita jumpai orang-orang merasakan hal yang sama. Bukan hanya dari petani, buruh harian, tetapi hampir menyeluruh masyarakat merasakan.