Menurut keterangan Teungku Sayyid Deky, dari hasil penelitiannya, makam ini adalah makam cucu dari Syeikh Syarif Jati Sari, dan belum diketahui namanya.
Tidak begitu jauh dari makam ini yakni sisi selatan terdapat empat makam. Dan empat makam ini adalah makam kaum kerabat dari Syeikh Syarif Jati Sari.
Sama seperti makam yang pertama, makam ini juga tanpa nama dan belum diketahui namanya.
Antara makam yang pertama dan kedua, ada tanjakan yang menyerupai anak tangga, berupa tanah yang digali. Ini menandakan bahwa perbukitan ini merupakan tempat bermukim orang-orang pada masa itu. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya keramik yang berada di bawah bukit disekitar kuburan.
Dengan mengikuti tanjakan yang merupakan anak tangga ini kami turun menuju ke bawah. Di perjalan ke bawah, tepatnya di area perkebunan sawit kami menemukan pecahan-pecahan keramik yang kecil-kecil, sepertinya hancur oleh gilasan alat berat.
“Dari pecahan keramik ini, kami telah melakukan penelitian, dan kami dapati informasi bahwa ini keramik dari dinasti Qing abad XVI (1600 M) yang berhiaskan Falangcai berwarna biru dengan suluran bunga”, jelas Tengku Sayyid Deky
Setelah melewati pohon sawit, sekitar dua ratus meter dari makam Jati Sari, yakni dilembah sebelah timur, kami melihat dua kolam. Deky mengungkapkan bahwa Kolam pertama merupakan tempat wudhu laki-laki dan satunya untuk tempat wudhu perempuan.
“Terdapat dua kolam wudhu disini dengan ukuran yang berbeda. Panjang kolam wudhu sembilan meter dan lebar tiga meter. Kedalaman kolam ini satu meter. Di ujung wudhu yang mengarah ke sungai pada jarak tiga meter terdapat sebuah kolam lagi yang berukuran lebih kecil. Kolam pertama disimpulkan adalah kolam wufhu untuk laki-laki dan kolam kedua untuk perempuan”, tulis Deky dalam bukunya.
Bersambung (Koes*)(OB)