Dimakam ini menurut Deqy bersemayam seorang ulama perempuan tanpa nama dan belum diketahui namanya.
“makam yang tersendiri ini disebut dengan makam soliter bercungkup, dengan nisan tipe aceh (acehstones) seri F terbuat dari batu kapur. Makam ini berbentuk papan untuk perempuan atau ulama perempuan aceh”, jelas Deqy
Setelah memperhatikan makam yang tersendiri ini, Kemudian kami bergeser ke arah selatan. Agak masuk ke dalam hutan sekira lima meter, dibawah pepohonan, terdapat tempat yang tidak ditumbuhi pohon maupun rerumputan bahkan agak bersih dari dedaunan yang biasanya berserakan.
Dilokasi ini terdapat tujuh makam yang kurang beraturan. Dan dari identifikasi yang dilakukan oleh Teungku Sayyid Deqy, dilihat dari bentuk nisan makam diketahui bahwa tujuh makam ini merupakan pengawal dari Syekh Jati Sari dengan tipe Demak Tralaya;
“Makam tujuh adalah makam berkompleks non cungkup tipe Demak tralaya dengan motif nisan lengkung akolade ganda, kurung kurawal atau lengkung mihrab tanpa medallion dan inskripsi”,
Ketika ditanya mengapa disebut dengan makam tujuh pengawal ?
“Makam ini disebut dengan makam tujuh pengawal karena letaknya paling bawah sebelum perbukitan. Dalam konsep sufistik Jawa-Kacirebonan dan Kebantenan, makam wali dan raja dibangun di atas bukit atau tmpat tertinggi sebagai bentuk penghormatan terhadap almarhum dan jasa mereka serta status sosial mereka. Semua makam yang berada di situs ini masing masing tersebar dengan jumlah yang ganjil yaitu 1,3,7,9” imbuhnya.
Pada makam tujuh pengawal ini tidak ditemukan nama dan belum diketahui namanya. Sementara itu dalam pemakaman jenazah masih kurang beraturan kecuali arah dan posisinya yang sama.