“Sebelum ini di tebas disiangi dan masih hutan belantara, kata nenek saya ada lagi makam yang lain dan seingat saya yang dulu nisannya masih lengkap ada sembilan makam. Nisannya berbeda terbuat dari batu, agak tinggi, namun sekian tahun berikutnya nisannya di ganti orang dengan botol, hingga yang tersisa hanya ini dan Makam Batin Samad,” imbuhnya.
Dari informasi yang kami dapat, makam yang sering dikunjungi dan diziarahi oleh penduduk setempat maupun diluar wilayah kecamatan Simpang Rimba adalah makam Batin Samad, Antara makam Batin Samad dan makam tanpa nama itu berjarak sekira 5 meter.
Batin Samad, adalah seorang pejuang pada masanya dan sangat di hormati oleh penduduk dan orang-orang yang mengenalnya. Dipercaya Batin Samad mempunyai karomah. Setelah ia meninggal orang sering berziarah di makamnya, dan hingga saat ini orang masih mengenalnya serta menziarahinya.
Beda dengan makam yang bentuk nisannya yang unik itu, penduduk setempat tidak mengenal siapa yang dimakamkan disini.
Untuk menghilangkan rasa penasaran dan keingintahuan itu, fhoto nisan yang kami ambil, selanjutnya kami share ke WhatsApp Teungku Sayyid Deky, peneliti muda, penulis buku Korpus Mapur Dalam Islamisasi Di Bangka, yang banyak mengetahui tentang klasifikasi bentuk nisan.
Jawaban darinya justru menambah rasa penasaran itu. Ia mengatakan bahwa dilihat dari bentuk batu nisannya diperkirakan abad ke 15 masehi, dan masih mempunyai hubungan dengan kompleks makam Syeikh Jati Sari.