“Saat ini warna merah cuma ada dua di barat Nusantara (Gua Harimau – Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan dan Bukit Batu Kepale di desa Gudang kecamatan Simpang Rimba kabupaten Bangka Selatan, provinsi Kepulauan Bangka Belitung”, jelasnya.
Menurut Ruly, Wilayah bagian Barat Nusantara (Pulau Sumatera) sebelumnya dianggap tidak memiliki lukisan atau tradisi gambar cadas Austronesia. Temuan rock art di Bukit Batu Kepale, menjadi yang keempat setelah gambar cadas di Sumatera Selatan (2009), Jambi, dan Sumatera Barat.
Gambar Cadas (Rock Art) sendiri adalah salah satu peninggalan arkeologi yaitu imaji berupa gambar, lukisan, pahatan kreasi manusia lampau (masa prasejarah). Biasanya ditemukan pada bongkahan batu, cerukan, tebing, dan goa yang pada umumnya bentukan batu karst.
“ada baiknya mengundang narasumber yang memang ahli di bidang gambar cadas pak, misalnya dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Kebetulan itu bukan bidang keahlian saya dan mas sigit”, saran Ruly saat media ini menanyakan tentang keaslian dan makna goresan pada batu cadas tersebut.
Ia menambahkan bahwa Pihak daerah bisa menjadi contoh, terobosan, bahkan role model bagi daerah lainnya melalui aktif berperan dalam menguak sejarah dan potensi kepurbakalaan di daerah.
Temuan ini merupakan temuan masa prasejarah yang pertama ditemukan di provinsi Bangka Belitung dan melalui temuan ini diharapkan dapat menjawab ‘periode kosong’ dalam Sejarah Kepulauan Bangka Belitung dan kita dapat mengetahui peradaban masa lampau di Kepulauan Bangka Belitung. (Koes/OB)