“Sumur 7 merupakan struktur diduga cagar budaya dan satu-satunya peninggalan jepang yang berbentuk fasilitas pengolahan garam di provinsi kepulauan bangka belitung.
Perlu segera ditetapkan sebagai cagar budaya kabupaten Bangka Tengah agar terlindungi dan dikembangkan sebagai daya tarik wisata,” ungkap Ali Usman
Sementara itu, Penggiat tradisi, budaya dan sejarah Bangka Tengah yang saat ini berprofesi sebagai guru di Sekolah Dasar Negeri 13 Koba, Meilanto menjelaskan sekilas tentang sumur atau perigi tujuh ini,
“Sumur yang hingga saat ini masih tegak dan kokoh berdiri berdiameter 206 cm dengan ketebalan berkisar 27 cm dan tinggi 50 cm, dibangun pada zaman Jepang berkuasa di Indonesia diperkirakan antara tahun 1942 – 1945.,” katanya
Menurut Kak Mei, demikian pak guru ini biasa di sapa, di bawah sumur ini ada pipa besar yang langsung ke laut dan air laut masuk ke sumur melalui pipa ini.
Kak Mei pernah baca buku berjudul “Koba Dalam Histeriografi” yang ditulis oleh Abdul Jalil Bin Abdurrahman,
“sumur tujuh adalah warisan keganasan sistem kerja paksa di zaman Jepang. Pekerja dipaksa untuk membuat garam dan bila tidak mau maka pekerja akan di jemur,” ungkapnya
Yang masih penasaran dengan sumur tujuh dan kisahnya, silahkan ke lokasi di pantai Sumur tujuh padang mulia Koba.