Gubernur Erzaldi juga memotivasi para penyuluh pertanian agarĀ tidak sekedar mengajar para petani cara bercocok tanam tetapi lebih aktif dalam memberikan pemahaman kepada para petani bahwa pertanian itu ada ladang bisnis yang apabila tekun dijalani akan menjadi usaha yang menjanjikan, dengan pemanfaatan lahan yang optimal dan pasarnya ada untuk hasil tanamnya. “Jangan menyuruh petani menanam sesuatu apabila pembelinya tidak ada,” pungkasnya
Sementara itu, Bambang Prayito, selaku penggagas sorgum di Babel berinisiatif untuk menanam sorgum dikarenakan budidaya yang efektif dan cocok untuk cuaca dan kondisi tanah di Babel. “Sorgum mendekati beras, dan semua kondisi tanah bisa, hama sangat kecil, serta kemarau panjang tidak mempengaruhi cuaca,” jelasnya.
Di lahan seluas 4 hektar, Haji Bambang- sapaan akrabnya, menerangkan bahwa sorgum dalam sekali tanam dapat untuk empat kali panen, dengan proses hingga panen hanya 100 hari. “Untuk saat ini kami menjual beras sorgum Rp. 12.000/kilogram,” jelasnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Babel, Juaidi turut mendukung budi daya sorgum di Babel, dikarenakan kontur tanah Babel yang marginal membuat sorgun tetap tumbuh dikarenakan aslinya tumbuh di kawasan kering di Afrika. “Produksi beras kita saat ini hanya 30%, dan ini salah satu solusi untuk menambah produksi pangan kita,” jelasnya.