Diketahui saat ini, guru-guru SLB mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan murid-murid yang tuli. Sehingga penting untuk meningkatkan kompetensi guru dan juga murid dengan bahasa isyarat yang mudah dimengerti.
Disamping itu, PT Parakerja Disabilitas Bisa juga memberikan kurikulum pembelajaran untuk anak-anak SLB tingkat SD, SMP, maupun SMA, melalui platform digital.
“Pada anak-anak umumnya, ada aplikasi belajar yang menggunakan ruang guru. Sedangkan Parakerja adalah aplikasi khusus untuk SLB. Anak-anak SLB akan belajar dengan media-media pembelajaran sesuai cara dan kemampuan pembelajaran mereka masing-masing, seperti autis, downsindrom, disabilitas intelektual, tuli dan sebagainya,” ungkap Rezki.
Rezki yang membawahi empat SLB di Babel ini mengungkapkan, harapan dari kerja sama dengan pemprov ini adalah kesetaraan antara disabilitas dengan masyarakat lainnya. Sehingga masyarakat dapat menyadari dan memahami kehadiran disabilitas di tengah masyarakat.(adv)