Saya Positif Covid-19, Oh…Ternyata Begini…

Bagikan

 

Di halaman puskesmas tampak sejumlah kelompok dan kursi penuh terisi, sebagian terpaksa berdiri.

 

Seorang petugas mengarahkan saya menuju salah satu kelompok. Petugas memberikan saya nomor urut 30. “Bapak duduk, nanti tunggu dipanggil,” katanya sibuk melayani sejumlah pasien.

 

Saya pun akhirnya mencoba mencari tempat duduk di kelompok yang lokasinya dipagari tali rafia. Tak ada yang kosong. Saya pindah ke tempat duduk berlokasi tepat di pintu masuk utama puskesmas. Memang agak sepi, ada yang kosong. Nabiila pun saya ajak duduk karena dari tadi berdiri.

 

Seorang petugas menegur agar saya pindah ke lokasi kelompok tadi. Saya katakan sudah penuh. “Tapi di sini khusus pasien?” katanya.

 

Saya pun menimpali, “Nah itu yang duduk itu siapa? kata saya.

 

Dia pun menjawab,”Itu orang yang mau tes antigen,” katanya.

 

Saya pun mengatakan ke petugas tadi kalau saya dan anak positif Covid-19. Bagaimana mungkin saya duduk membaur dan nyaris tanpa jarak dengan mereka yangsedang mengantri.

 

Bukankah itu justru membahayakan mereka? saya juga protes kalau harus menunggu antrian. Sebab, baru saja dipanggilo nomor urut 14, sedangkan saya nomor 30. Apakah tidak ada petugas khusus yang melayani orang seperti saya yang sudah dinyatakan positif?

 

Petugas itu tampak kaget, bergegas menuju ruangan paramedis tempat saya mengambil nomor antrian tadi.

 

Tak lama saya diminta masuk dan mengahdap seorang petugas. Saya ditanya macam-macam dan diminta lagi KTP dan KK. Bedanya yang mengisi fom bukan saya, tapi petugas tadi.

 

Kami diminta solasi mandiri karena gejalanya ringan. Dengan ramah  petugas tadi memberikan nomor teleponnya jika membutuhkan sesuatu. Tak lupa dia menanyakan soal obat. Saya sampaikan kalau dirumah untuk persediaan obatan flu, batik, pilek selalu tersedia. Dia tawarkan obat dari puskesmas, tapi saya tolak dengan halus.

 

Beberapa pekan terakhir saya menulis berita soal lokasi isolasi terpadu (isoter)  bagi Pasien Covid-19.  Gubernur Kepulauan Bangka Belitung berkali-kali mengatakan dan menegaskan pasien Covid-19 tidak boleh lagi isolasi mandiri (isoman), harus isoter.

 

Bahkan Provinsi Babel menyiapkan lokasi isoter di Gedung Asrama Haji dan BLK berkapasitas 400 tempat tidur. Disebutkan juga lokasi tersebut memiliki fasilitas lengkap bahkan disamakan dengan hotel berbintang.

 

masyarakat, kata Erzaldi tidak perlu khawatir. Selama isoter makanan, obatan dan fasilitas lainnya disediakan gratis.

 

Mendengar penjelasan petugas tadi, saya pun mengirimkan pesan melalui WA ke Sekretaris Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Mikron Antariksa. Dari WA Mikron, justru yang tanpa gejala harus di isoter.

 

Saya sampaikan ke petugas tadi, saya harus isoter, tapi saya minta di BLK atau Asrama Haji. Petugas yang lebih senior datang mengatakan tidak bisa. Itu peruntukannya bagi mereka yang dalam perjalanan, dan pasien tertentu. Kecuali kalau isoter Pangkalpinang di bekas Puskesmas Girimaya, penuh baru bisa dirujuk ke isoter provinsi.

 

Mengapa saya enggan ke isoter bekas Puskesmas Girimaya? saya tidak punya informasi cukup seperti apa isoter tersebut. Padahal paling tidak saya dan anak selama 10 harus harus tinggal di isoter sampai benar-benar dinyatakan negatif.

 

Saya putuskan pulang kerumah.  Matahari semakin meninggi, hampir pukul sepuluh lewat. Perut keroncongan, di ujung jalan masuk Puskesmas saya membeli bakso urat tiga bungkus, tentu saja sesuai prokes. Bahkan uangnya saya semprotkan dulu dengan disinfektan.

 

Karena saya “pasien” pertama warung bakso itu, saya cuma perlu membyar Rp20.000 untuk tiga bungkus. “Satu bungkusnya bonus karena pembeli pertama,” katanya, tersenyum.

 

Di rumah, kami mengisolirkan diri. Usai menyantap bakso, badan mulai terasa meriang. Batuk-batuk kecil mulai muncul. Kedua biji mata terasa panas menekan. Setelah tertidur beberapa saat. Saya sampaikan ke istri sebaiknya kami ke lokasi isoter saja. Istripun setuju.

 

Saya kontak lagi dengan petugas puskesmas tadi. Saya diberikan nomor kontak satgas yang mengurusi isoter Girimaya. Lalu lintas WA cukup intens. Saya pun sempat WA ke Sekretariat Dewan Persperihal saya batal berangkat. Selain itu sejumlah kawan yang beberapa hari ini kontak saya WA.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *