Sembari menunggu jawaban satgas, saya telepon Revi Setiawan, dulu kami sama-sama di Harian Metro Bangka Belitung, www.bangkanews.com dan kini dia rakyatpos.com.
***
Bakda Ashar kami berangkat menuju isoter Girimaya. Setibanya, petugas menyambut kami dengan sangat ramah, mobil yang mengantarkan kami disemprot dengan cairan disenfektan, sebelum kembali. Saya pun menghadap meja petugas dengan pakaian stantar petugas Covid-19.
Setelah menanyakan soal apa yang dirasa, apakah ada gejala ini dan itu, petugas pun mengeluarkan dua lembar kertas, mengisi lagi bidoata dan sejumlah data yang ditanyakan ke saya.
Selain itu, dijelaskan pula kepada kami kalau kami akan menjalani isolasi sekitar 10 hari bahkan bisa lebih. Makan dan minum disiapkan petugas. Selain itu, disiapkan juga air galon.Bahkan untuk keperluan bisa menitipkan ke petugas untuk membelinya.
Meski baru beberapa saat, seluruh petugas sangat ramah dan baik. Pelayanannya pun cukup bagus. Bahkan mereka sangat cekatan jika diminta bantuan. Makanya saya menitipkan membeli beberapa botol besar air mineral, makanan ringan dan paket data.
Bekas Puskesmas Girimaya, kata salah seorang petugas, memiliki 15 kamar, dengan 19 bed tempat tidur. Saat ini dirawat 11 orang yang dinyatakan positif. Dari jumlah tersebut, 7 di antarnya masuk hari ini. Cuma ada satu kamar mandi berukuran cukup besar dengan bak lumayan besar.
“Makanya disiapkan ember dan gayung masing-masing,” katanya ramah.
Kamar kami berukuran sekitar 2,40 meter x 5,70 meter. hal ini saya hitung dari jumlah keramik berukuran 30 cm, lebar 8 keramik, panjang 19 keramik berwarna putuh lusuh.
Di dalam kamar, ada dua buah ember warna hitam dan dua gayung berwarna ungu. Ada dua tempat tidur berukuran cukup satu orang lengkap dengan bantar dan berseprai warna putih bersih. Masing-masing ada di kedua sisi dinding.
Kamar itu tidak memiliki pendingin ruangan macan AC, kipas angin juga tidak ada. Tidak ada meja, atau lemari tempat baju. Tidak pula ada piting, sendok, cangkir dan mangkok.
Menjelang Magrib saya ke Kamar mandi untuk mengambil wudhu, ternyata air tidak mengalir, keran mati. Saya terpaksa menggunakan air bak untuk berwudhu.
Kamar kami juga berventilasi lebar, seperti ventilasi sekolah zaman dulu dengan bingkai dan gaju melintang diatur sedemikian rupa sehingga udara bebas keluar masuk.
Plafon tampak menguning bekas ditetesi air dari atap yang bocor.
Di atas tempat tidur, masing-masing ada dua jendela yang ditutupi dengan triplek dan ada yang ditutupi kertas kanton robek.
Karena ventilasi itu tidak dipasang kawat jaring maka, menjelang magrib nyamuk pun berdatangan. Beruntung menjelang isya nyamuk itu raib, ajaib. entah apakah kembali lagi nanti malam membawa pasukan? wallahu’alam.
Barang-barang, kami bergeletakan di lantai, satu botol sirut dan sekeping pil juga tergeletak begitu saja di lantai. Saya menggunakan tas pakaian sebagai alas laptop untuk mengetik.
Saya masih berfikir, apakah harus bertahan selama 10 hari disini? atau keluar dan melakukan isolasi mandiri?
Jika bertahan maka saya mulai berfikir mendatangkan kipas angin, menutupi ventilasi, dan soal kamar mandi dan air ini akan menjadi pertimbangan serius bagi saya.
Beberapa kali suara batuk semakin kerap terdengar dari kamar sebelah…saya masih berfikir, oh ternyata seperti ini isoter itu, Coviud-19 itu, pelayanan itu..
Dan saya harus segera memutuskan… sepertinya malam ini sulit tidur, kepanasan. (*)
Catatan Fakhruddin Halim
Isoter Girimaya
Rabu/18/8/2021, Pukul: 20.52 WIB