Munculnya nama Ridwan als Amin itu terkait dengan fee dari debitur Henderi senilai Rp 600 juta.
Fee tersebut diakui Henderi di muka sidang awalnya bakal diperuntukan kepada para petugas AO yang mana penyerahanya melalui Ridwan als Amin. Namun ternyata justeru yang menikmati bukan AO melainkan kakaknya si Asak itu sendiri.
Terakhir yang sempat heboh terkait sosok misterius Adi yang disebut oleh terdakwa Aloy dan Firman selaku konsultan keuangan.
Adi atas orderan Aloy dan Firman miliki peran sebagai penyulap segala laporan keuangan perusahaan para debitur kredit.
Atas rekayasa itu Adi memperoleh bayaran sampai Rp 5 juta setiap orderan.
Keberadaan Adi hingga kini masih misterius. Ini diklaim jaksa karena belum diketahui alamat persis dan keberadaanya di Jakarta.
Sementara itu dari mulut Aloy sendiri di muka sidang mengakui atas keberadaan Adi tersebut. Adi menurutnya sudah lama dikenal yang berada di jalan Pramuka, Jakarta Timur.
Menariknya beberapa waktu lalu sempat beredar kabar kalau Adi merupakan salah satu oknum di lingkungan lembaga keuangan negara.
“Penuntutan terbilang tinggi khusus Aloy secara akumulasi hukuman terancam 17 tahun.
Begitu juga dengan para AO salah satunya klien kami dituntut tinggi hingga 6 tahun. Namun dalam hal ini kita lebih menyoroti agar jaksa penuntut dan penyidiknya mampu menuntaskan perkara ini secara adil dan paripurna. Jangan setengah-setengah, karena ada terduga pelaku lainya di luar para terdakwa,” kata mantan aktivis Permahi UBB.
Menurutnya fakta persidangan itu harus ditindak lanjuti. Sekaligus ini menjadi tantangan bagi Kajati Bangka Belitung yang baru yakni Danu Tri Sadono.