“Idul Fitri Momen Membangun Entitas Belajar”

Bagikan

Id artinya adalah hari raya. Jadi yang dimaksud dengan Idul Fitri adalah dihalalkan kembali berbuka seperti makan dan minum di siang hari setelah melaksanakan sholat id dari terbit matahari. Secara harfiah bermakna hari raya untuk makan. Namun esensinya setelah menjalankan ibadah puasa ramadhan, umat Islam semakin kuat imannya, kepedulian sosialnya dan semakin mencintai alam semesta. Apalagi pada saat menjalankan ibadah ramadhan setiap muslim juga membayar zakat. Makna melaksanakan ibadah zakat dimaksudkan bukan saja membersihkan hartanya namun berbagi kepada warga kurang mampu agar mereka setidaknya dapat melupakan kondisi yang dihadapi saat ini dan bergembira merayakan Idul fitri. Idealnya pada saat idul fitri terjadi perayaan atas mutiara ketakwaan yang diraih setelah berpuasa dan dapat berkumpul bersama keluarga dan tetangga.

Idul fitri kali ini tentu saja berbeda dari sebelumnya. Idul fitri tahun ini sangat spesial rasanya. Beberapa tahun belakangan dikarenakan dampak pandemi corona virus disease (Covid) 2019 sangat memberatkan kondisi bangsa ini, pendidikan, sosial, ekonomi, hukum dan berbagai bidang lainnya. Bagi rakyat kecil, pandemi ini jelas menurunkan penghasilan masyarakat disertai meningkatnya angka putus sekolah, meningkatnya berbagai kasus kriminal, meningkatnya kasus hukum, mudahnya ketersinggungan masyarakat dan individu. Dalam bidang pendidikan, Menurut Matdio Siahaan (2020) memaparkan bahwa: “Dengan menggunakan sistem pembelajaran secara daring ini, terkadang muncul masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru seperti materi pelajaran yang belum selesai disampaikan oleh guru kemudian guru mengganti dengan tugas lainnya. hal tersebut menjadi keluhan bagi siswa karena tugas yang diberikan oleh guru lebih banyak”. Hal inilah yang nantinya menyebabkan terjadinya learning lost dan pada akhirnya kualitas generasi ini akan semakin melemah. Disisi lain, pembelajaran yang dilaksanakan saat pandemi akan menyebabkan angka putus sekolah meningkat, penurunan capaian belajar dan terjadinya peningkatan kekerasan pada anak baik psikis dan fisik.

Dari fakta diatas, idul fitri kali ini seharusnya menjadi titik balik untuk meningkatkan kembali kualitas dan kuantitas belajar agar momentum belajar terbaik dapat kembali. Momentum idul fitri ini dapat mendorong kita untuk dapat menguatkan pembelajaran. Menurut penulis ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam memaknai idul fitri kali ini, diantaranya:

  1. Idul Fitri momen menyiapkan pembelajaran maksimal

Pandemi telah melahirkan pembiasaan pembelajaran baru. Pembelajaran yang dilakukan secara daring dan atau pembelajaran tatap muka terbatas menyebabkan siswa belajar dengan cara yang sedikit berbeda dari sebelumnya yakni kurangnya interaksi fisik secara langsung. Berkurangnya interaksi fisik secara langsung dengan guru dan sumber belajar memungkinkan siswa dengan karakter mental instan dan berorientasi hasil yang cepat tanpa internalisasi proses belajar. Sehingga dengan adanya idul fitri siswa dapat bersilahturahim kerumah guru dalam rangka menyatukan kembali anasir positif pembelajaran seperti konsep diri terhadap guru dengan cara berfikir positif terhadap pembelajaran selama ini. Disamping itu, keluh kesah pembelajaran yang banyak terjadi karena noise dan bias dalam belajar daring akan dapat dikurangi dengan komunikasi langsung.

  1. Menjadikan idul fitri sebagai modal awal implementasi profil pelajar pancasila

Merayakan idul fitri dapat menjadi momentum kita menata ulang lingkungan belajar. Pesan dari ibadah ramadhan dapat menjadi inspirasi dalam membangun sikap mental yang membangkitkan semangat dalam belajar. Sikap-sikap positif dalam belajar dibangun dengan nilai-nilai yang menjadi oleh-oleh ibadah ramadhan. Nilai-nilai tersebut perlu dibawa dalam belajar agar belajar menjadi efektif. Nilai yang perlu diterapkan ini antara lain keikhlasan berpuasa, berjuang hingga saatnya berbuka, jujur dalam menjalankan puasa serta bertanggung-jawab baik pada dirinya maupun lingkungannya melalui aktivitas membayar zakat. Seorang muslim berniat puasa agar menjadi orang yang bertakwa sehingga muncul akhlak yang baik. Seharusnya, seorang yang berpuasa menjadikan dirinya beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Pada bulan ramadhan juga, setiap muslim menjalankan ibadah sholat tarawih, witir dan membayar zakat. Hal ini dapat memberikan spirit agar pelajar ini dapat memiliki kemandirian dan peduli, bergotong royong bersama umat dalam rangka bergembira pada saat idul fitri. Nilai nilai ramadhan dapat menjadi spirit menguatnya profil pelajar pancasila.

  1. Idul Fitri sebagai magangnya calon entrepreneurship pemula dan pemimpin

Idul fitri sebagai peluang besar dalam menata ulang kurikulum belajar siswa. Selain mengamalkan pembelajaran agama dan budi pekerti, sejatinya Idul fitri sebagai waktunya pelajar mengasah dirinya sebagai pemimpin dan pengusaha tangguh. Melihat sesuatu sebagai peluang dan kebaikan adalah cara pandang positif agar bisa maju kedepan sebagai pelajar berprestasi. Idul fitri momen untuk mengaktifkan sendi kreativitas siswa dalam menopang ekonomi keluarga.

  1. Momentum menata ulang lingkungan belajar

Idul fitri dapat menjadikan kita sebagai pribadi dengan mental tangguh. Mental memaafkan kesalahan orang lain pada diri kita merupakan upaya penting dalam membentuk lingkungan dan budaya belajar yang kondusif dan akan menjadikan pembelajarnya menjadi SDM tangguh. Menata ulang lingkungan belajar dari hal-hal melupakan dan memaafkan kesalahan orang kepada kita, melupakan kebaikan kita kepada orang, mengingat-ingat kebaikan orang kepada kita dan mengingat kesalahan kita kepada orang menjadi dasar dalam membangun hubungan antar personal terutama dalam komunikasi pembelajaran. Rekonsiliasi ini penting dalam menghasilkan pembelajar yang sukses, bukan hanya individu namun sekelompok pembelajar sukses. Membangun kesuksesan belajar dengan harmonis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *