Permasalahan itu jelas sekali, bahwa kerusakan mangrove oleh aktivitas tambang adalah usaha eksploitasi yang hanya memperhatikan keuntungan jangka pendek saja, daripada eksploitasi jangka panjang yang berkelanjutan.
Hal seperti itu terus berulang, Belum ada kebijakan strategis untuk menyelamatkan hutan mangrove yang masih tersisa di Bumi Serumpun Sebalai ini.
Seperti yang terjadi sepekan ini di kawasan Laut Perimping desa Berbura kecamatan Riau Silip kab. Bangka.
Investigasi yang dilakukan Tim Media Jobber (Journalis Babel Bergerak) terlihat ratusan penambang
beraktivitas di kawasan Mangrove Laut Perimping desa Berbura kecamatan Riau Silip, kab. Bangka, yang mengancam keberadaan hutan Mangrove tanpa belas kasihan.
Mangrove yang dahulunya rimbun kini porak poranda, dan terancam punah.
Demikian pula para nelayan yang mendapatkan ikan dari menjaring dan tuguk (perangkap ikan tradisional), kini jauh dari kata berhasil, ulah aktivitas tambang yang beraktivitas diwilayah tersebut.
Deru mesin Tl, seakan memberi kabar kepada dunia bahwa hutan mangrove di kawasan Laut Perimping ini sedang sekarat dan terabaikan.
Bagaimana dengan kebijakan yang dipegang oleh para pemimpin yang berada di Bangka Belitung saat
ini. Apakah ada tindakan untuk melestarikan mangrove yang sudah ada, bukan cuma sekedar melakukan giat seremonial, selalu menanam – menanam mangrove yang belum tentu hidup.
Sementara Kerusakan hutan mangrove yang masif dibantai para penambang sekarang ini, semakin luluh lantak.