Sementara itu, seorang warga lain, menyebutkan bahwa pasir timah yang dihasilkan oleh tambang di Pulau Lepar sudah ada pembelinya.
“Kalo siapa nama cukongnya, kami tidak tahu Bang. Hanya kami sering melihat, mereka bertransaksi di jalan inilah,” tukas Subhan (32), warga sekitar.
Saat ditanya mengapa warga Pulau Lepar mengizinkan alat berat masuk ke pulau? Subhan mengaku tidak tahu siapa yang mengizinkan alat berat kembali bisa masuk ke Pulau Lepar.
“Lah banyak alat berat di sini. Baru-baru pula Bang. Kami juga tidak tahu mereka masuk dari dermaga mana. Sebab di sinikan banyak dermaga yang buatan sendiri Bang,” tandas Subhan.
Meski takut-takut, Subhan sempat mengatakan bahwa alat-alat berat yang bisa masuk ke Pulau Lepar tersebut.
“Info yang kami dengar, pemiliknya orang kuat berinisial Bu dan At. Yang kami dengar di kalangan masyarakat seperti itulah Bang,” ujar Subhan.
Sepanjang Tim Jobber berkeliling di Pulau Lepar, dibeberapa lokasi terdengar mesin TI menderu. Suara mesin terdengar jelas dari jalan raya, namun lokasi mesin terhalang oleh rerimbunan pohon karet, semak belukar maupun pohon sawit yang sudah tua.
Padahal, sekitar satu tahun lalu, persoalan tambang di Pulau Lepar ini sempat ditolah warga. Bahkan warga sempat mendatangi Kantor DPRD Provinsi Bangka Belitung untuk menyampaikan aspirasinya, pada Senin (10/2/2022).
Saat itu warga sempat ditemui Wakil Ketua DPRD Babel, Hendra Apollo. Di hadapan Hendra Apollo, warga menyatakan menolak adanya aktivitas tambang di Pulau Lepar Pongok.
“Kami akan menampung aspirasi masyarakat Pulau Lepar. Kami akan lanjutkan agar di Pulau Lepar bebas tambang laut maupun darat,” ujar Hendra Apollo,menenangkan masyarakat yang demo saat itu.
Saat itu, perwakilan warga Desa Tanjung Labu Ahmad Albert menyampaikan sejumlah tuntutan kepada DPRD Provinsi Babel. Secara tegas warga menolak segala aktivitas tambang yang dilakukan oleh CV SR Bintang Babel di Desa Tanjung Labu.