Perasaannya begitu terasa rapuh. Secara serius Rusdianto membatin dan perasaannya menanyakan kepada alam “untuk apa hidup seperti ini kalau sesama telah menghilangkan kemerdekaan dan kebebasan untuk menonton bola ” Betapa perih hidupnya yang pahit itu. Rasa kecewa itu tak tertahan. Kemudian Rusdianto pergi menjauh dari truk pengangkut pemain.
Lalu berhenti dipojok pagar rumahnya, terisak tangis menyesali hidup yang begitu terpukul karena mata yang dianggap buta dan tak bisa melihat jauh. Rasa ingin menonton terbuncah. Tetapi apalah daya, kendaraan tidak ada. Akhirnya tak jadi pergi menonton.
Beberapa tahun berselang, saat sekolah di MAN 3 Sumbawa, malah masuk ke dalam klub bola SMAN 1 Empang tahun 1999 saat itu bermain di lapangan Empang melawan klub bola dari Gapit. Saat itu Rusdianto sempat menolak untuk bermain karena mengingat penghinaan masa lalu yang terus menerus terjadi.
Semasa kecil hingga sekolah tingkat menengah, Rusdianto sering di botakin (cukur plontos) oleh kedua orangtuanya. Tempat cukur dirumah keluarga bernama Rubuk seorang PNS dan tokoh moderat Nadhatul Ulama (NU) Empang Sumbawa.
Kisah saat botak ini membuat Rusdianto begitu beringas kepada seorang guru perempuan sedang hamil yang memegang mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas 2 MAN 3 Sumbawa. Banyak saksi bercerita kisahnya saat Guru Bahasa Indonesia memukul kepala botaknya. Saat itu Rusdianto harus terlambat 3 menit karena tak ada kendaraan pergi ke sekolah. Selain itu, Rusdianto pada malam harinya harus mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah Siswa) sehingga keterlambatan tidur.
Sementara Guru Bahasa Indonesia itu tak memahami apa yang menjadi tantangan para siswa. Termasuk Rusdianto sendiri. Pagi jam 08.20 masuk kelas. Guru sudah ada dalam kelas sedang membuka kelas belajar. Rusdianto muncul dengan ucapan salam. Guru tersebut, langsung marah “salam salam salam sudah terlambat, tempeleng nanti.” Begitu kata Guru Bahasa Indonesia.
Saat itu, Rusdianto sendiri tidak merespon, langsung duduk ditempat duduk biasanya. Namun Guru Bahasa Indonesia itu menghampirinya sambil membawa sapu lidi. Guru tersebut, bicara “mana tugas PR mu, sudah terlambat tidak kerjakan PR.” Begitu kata Guru itu.
Saat Rusdianto mengambil buku yang telah di isi secara lengkap sebagai PR (Pekerjaan Rumah). Belum di sodorkan kepada Guru. Namun, sapu lidi yang dipegang ujung mendarat dikepala Rusdianto. Pukulan telak mendarat dikepalanya itu begitu keras. Saat Guru kembali memukul kedua kali, lalu Rusdianto menangkisnya dan berkata: “Ibu yang baik anda harus memberikan contoh, apalagi anda sedang hamil semestinya tidak menghina saya buk.” Kata Rusdianto.
Kemudian Rusdianto pergi dari ruangan kelas dengan memukul pintu kelas dengan sekali pukulan, pintu pun copot. Akhirnya, suara bicara dan pukulan pukulan di dengar oleh seluruh siswa kelas 1 2 dan 3 hingga ruangan belajar kakak kelasnya. Semua keluar dan menyaksikan Rusdianto marah. Kemudian, Rusdianto di sidangkan diruang guru BP (Bimbingan Pendidik) – Red: sekarang BK (Bimbingan Konseling). Solusinya Rusdianto di skor sekolah selama sehari dan Rusdianto memilih pulang.
Tentu kesalahan berada pada pihak guru yang memukul sebelum bertanya tentang apa, kenapa, bagaimana, kemana sehingga ada keterlambatan sekolah. Begitu seharusnya. Namun, Rusdianto orang yang sabar. Prestasi sejak SD, MTsN, MAN 3 selalu juara mendapat rangking yang bagus.
Rusdianto memiliki potensi lain, karir pendidikan sangat moncer. Semangat berjuang tak pernah menyerah untuk menaikan nilai harkat martabat dan derajat strata sosialnya melebihi orang yang senang menghinanya. Langkah pergi kuliah ke Mataram, masuk Fakultas FISIP Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Mataram, menjadi awal dan pintu gerbang meraih apa yang di impikan. Semasa kuliah selalu prestasi baik melalui organisasi maupun internal kampusnya.
Rusdianto seperti bunga mawar yang harum semerbak Kualitas public speaking sebagai orator gerakan perubahan semasa aktivis menjadi nilai tersendiri. Bergenre moderat. Rusdianto tidak pernah melawan pribadi orang lain. Sikapnya tengahan. Dia membantu sesama dan intervensi kebijakan pemerintah untuk manfaat bersama.