Welfare Fishing: Indonesia Pemimpin Tuna Dunia

Election, Headline, Opini, Umum2,481 views
Bagikan

 

Data resmi FAO melalui SOFIA pada tahun 2016 terdapat 7,7 juta metrik ton tuna dan spesies seperti tuna ditangkap di seluruh dunia. Di tahun yang sama Indonesia berhasil memasok lebih dari 16% total produksi dunia dengan rata-rata produksi tuna, cakalang dan tongkol Indonesia capai lebih dari 1,2 juta ton/tahun. Sedangkan volume ekspor tuna Indonesia capai 198.131 ton dengan nilai 569,99 juta USD pada tahun 2017. Kemudian, melihat tren kenaikan volume produksi ikan tuna cenderung fluktuatif dalam satu dekade terakhir. Produksi ikan tuna paling banyak sebesar 409.015,52 ton pada 2018.

 

Berdasarkan wilayahnya, produksi ikan tuna terbesar berada di Sulawesi Selatan sebesar 56.205,3 ton pada 2021. Maluku Utara menempati posisi kedua dengan produksi ikan tuna seberat 54.637,77 ton. Di Papua, produksi ikan tuna sebesar 27.665,11 ton. Produksi komoditas tersebut di DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan masing-masing sebanyak 19.469,84 ton dan 19.056,34 ton. Produksi ikan tuna di Bali tercatat sebesar 18.803,05 ton. Sementara, produksi ikan tuna Gorontalo sebanyak 18.212,44 ton. Faktor kenaikan angka produksi Tuna adalah ekspor dan penangkapan. Pada tahun 2020 produksi juga alami peningkatan sebesar 300.803,5 ton. Hal itu terus mengalami peningkatan penangkapan tuna oleh nelayan Indonesia sehingga berhasil mencapai produksi Ikan Tuna sebanyak 358.626 Ton pada 2021. Jumlah tersebut naik 19,22% dibandingkan pada tahun sebelumnya.

 

Nilai ekonomi dari perdagangan produk perikanan tuna Indonesia sangat besar dan menjadi peluang yang dapat terus dimanfaatkan. Namun tetap harus menjaga aspek keberlanjutan agar perikanan tuna tetap lestari. Keunggulan Ikan Tuna asal Indonesia memiliki potensi sangat besar hingga merajai pasar tuna Internasional. Spesies tuna yang paling umum dikenal adalah cakalang, atau tuna “ringan” dan albacore, yang dikenal sebagai tuna “putih”. Pengelolaan perikanan tuna yang berkelanjutan jenis big eye tuna, yellow fin tuna, dan skipjack tuna di wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 573, 713, 714 dan 715. Tingginya permintaan pasar global menjadi fokus pengelolaan tuna dari hulu ke hilir dan menjaga habitat tuna.

 

Pengelolaan tuna mengikuti standar Organisasi Manajemen Perikanan Daerah (RFMOs), dimana Indonesia berpartisipasi dalam The Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), The Western and Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC), The Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) dan Inter-American Tropical Tuna Commission (IATTC). Hal itu bertujuan mewujudkan perikanan yang lestari demi kesejahteraan masyarakat nelayan.

 

Lebih penting, terwujudnya Welfare fishing secara berkelanjutan sehingga meningkatkan pendapatan nelayan dan penyediaan kesempatan kerja bagi kapal perikanan. Tentu produktifitas nelayan menjamin keberlangsungan aktivitas unit pengolahan ikan (UPi) termasuk industri olahan sebagai pendukung utama. Kebijakan penangkapan ikan terukur permudah pengelolaan perikanan tuna yang berfokus pada data produksi tuna yakni kebutuhan domestik dan ekspor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *