“Selama ini tidak ada komunikasi sama sekali dengan kami, selaku nelayan yang dirugikan, dan mereka pun sepertinya tidak ada niat baik untuk mengganti perahu kami yang pecah,”ujarnya.
Setelah pemasangan talut – talut itu, Tata mengaku sudah ada empat unit perahu yang pecah.
“Sudah empat perahu kami yang pecah pak, yang tiga rusak parah, yang satunya tidak begitu parah, tapi tetap saja kami mengalami kerugian, karena biaya satu perahu itu mahal,” sesalnya.
Diakui Tata, permasalahan ini pun sebenarnya sudah pernah adukan ke pemerintahan Desa, Kecamatan, Dinas Tata Ruang, bahkan sampai ke Polair, namun hingga kini tidak ada tindakan sama sekali.
Kabid Tata Ruang Kabupaten Bangka Heru Dwi Prima, saat dikonfirmasi tim Jobber saat itu juga menerangkan, kalau bangunan tersebut belum memiliki izin.
” kalau bangunan itu memang tidak ada izinya bang,” kata Heru.
Hingga berita ini diterbitkan, tim Jobber masih berusaha untuk mendapatkan konfirmasi dari keluarga Asiat, demi keberimbangan pemberitaan. (JB/Okeyboz)