Menurut warga setempat, sekitar 8.000 hektar lahan yang tersebar di dua desa, Desa Tanjung Labu dan Desa Penutuk, kini telah dibersihkan untuk dijadikan perkebunan sawit. Sebagian besar lahan tersebut adalah tanah desa dan milik warga, namun penggarapannya dilakukan tanpa izin dari masyarakat. “Ini PT SNS memperluas lahan terus guys. Dak tahu lahan desa atau lahan masyarakat, pokoknya digarap terus. Inilah guys kalo sudah berusaha dengan perusahaan sawit. Semua lahan habis digarap untuk sawit,” kata perekam video tersebut, sambil mengajak masyarakat untuk peduli terhadap masa depan hutan mereka yang semakin menipis.
Perekam video tersebut juga menyerukan agar aparat desa dan pemerintah daerah lebih memperhatikan keberlanjutan alam di Tanjung Labu. “Kalau memang Kades atau aparat desa tidak ada sangkutan dengan PT SNS, ayo kita viralkan sama-sama. Semoga Presiden Prabowo tahu, kalau hutan Tanjung Labu sudah banyak digusur oleh PT SNS,” tegasnya, mengajak masyarakat untuk memperjuangkan nasib hutan mereka.
Salah satu warga setempat, Mo, yang ditemui oleh Tim Journalis Babel Bergerak (Jobber) menjelaskan bahwa penggarapan lahan sawit ini sudah berlangsung beberapa bulan terakhir. Warga sangat khawatir dengan masa depan hutan dan mata pencaharian mereka. “Kalau sudah jadi kebun sawit, anak cucu kami nggak bisa lagi berkebun seperti dulu. Semua kayu habis, tanah yang subur untuk bertani sudah digusur,” ujar Mo dengan penuh kekhawatiran.
Jika informasi ini benar, maka setengah dari luas Pulau Lepar yang mencapai 16.900 hektar akan beralih menjadi kebun sawit. Hal ini semakin memperburuk perasaan terpinggirkan warga setempat yang merasa kehilangan hak mereka atas tanah mereka sendiri.
Lebih mengejutkan lagi, beberapa warga mengungkapkan bahwa sebagian besar lahan yang digarap adalah milik desa dan pribadi, namun tidak ada persetujuan resmi dari masyarakat terkait penggarapan lahan tersebut. “Mana ada persetujuan warga Bang. Cuma masyarakat kini sudah pasrah. Kalau mereka bersuara, takut jadi tersangka,” ungkap Mo, menggambarkan ketidakberdayaan warga dalam menghadapi proyek besar ini.
Banyak warga yang telah melaporkan masalah ini ke PT SNS, namun tidak ada kejelasan sampai saat ini. “Setahuku ada lahan desa, sebagian ada juga lahan pemilik kebun yang kena garap dan sudah dilaporkan ke PT, tapi ngak ada kejelasannya,” ujar warga lainnya.