Sejarah Tambang Bangka, Dari Sriwijaya Hingga PT. Timah Tbk

Bagikan

 

 

 

OKEYBOZ.COM – Indonesia adalah negara penghasil timah terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Sebanyak 20% – 30% pasokan timah dunia berasal dari Indonesia dan hampir 95% timah yang ditambang dan diproses di Indonesia berasal dari Provinsi  Bangka-Belitung (Babel).

 

Penambangan timah di Babel memiliki linimasa sejarah yang tidak singkat. Sejarah mencatat bahwa timah bangka setidaknya sudah menjadi komoditas ekspor sejak masa pendudukan Inggris di wilayah Kesultanan Palembang Darussalam—yang pada masa itu menguasai Kepulauan Babel—pada awal abad ke-19. Pada masa itu, timah Babel ditambang dengan teknik tradisional oleh masyarakat setempat menggunakan peralatan seadanya, seperti dulang, pacul, sekop dan cangkul.

 

Dilangsir dari duniatambang.co.id ada banyak bukti sejarah lain yang mengungkapkan bahwa timah Babel sudah digali dan dimanfaatkan sejak jauh sebelum itu. Jika benar demikian, lantas siapakah orang-orang yang pertama kali menambang timah di Babel, dan bagaimana dinamika tambang timah di Babel selama ini?

“Vanka”, Asal Nama Bangka
Dalam buku Pengaruh Kebudayaan India dalam bentuk Arca di Sumatera yang ditulis oleh Bambang Budi Utomo, arkeolog senior Indonesia, Kerajaan Sriwijaya pernah meletakkan prasasti kutukan mereka di Bangka. Prasasti batu bernama Prasasti kota Kapur tersebut bertahun 686 Masehi. Peletakannya di Bangka diduga merupakan bagian dari bentuk penaklukan Sriwijaya terhadap Bangka, yang pada masa itu menjadi pintu masuk ke pusat Kerajaan Sriwijaya di pedalaman Sungai Musi, Sumatera Selatan.

 

Namun Bambang Budi Utomo, penulis buku tersebut memiliki asumsi tambahan. Konon penaklukan Bangka oleh Sriwijaya juga berkaitan dengan penguasaan sumber daya timah. Prasasti Kota Kapur sendiri dibuat sebagai bentuk penertiban bagi masyarakat pribumi yang pada masa itu telah membangun pemukiman sendiri di Pulau Bangka, sehingga sangat mungkin jika timah Bangka sudah mulai digali oleh manusia penghuni Bangka sejak abad ke-7 saat prasasti tersebut ditulis.

 

Hal tersebut turut didukung dengan penemuan berbagai artefak kerajaan Sriwijaya di Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumsel pada kebakaran lahan gambut tahun 2018 lalu. Kebakaran lahan gambut tersebut menampakkan harta peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditaksir berasal dari masa Dinasti Yuan. Beberapa di antaranya berupa lempengan-lempengan timah yang ditulisi huruf sansekerta, berisi kutukan atau mantra. Temuan arkeologis ini memperkuat teori jika Kerajaan Sriwijaya sudah memanfaatkan keberadaan timah Babel untuk menciptakan media tulis, disamping serat kayu, gading dan kertas.

 

Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Bahauddin, Bangka termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Palembang.

 

Sultan menaruh perhatian esktra terhadap Bangka karena hasil timahnya merupakan komoditas yang cukup menguntungkan Palembang. Usaha Sultan Mahmud Bahauddin dalam memanfaatkan potensi tambang timah Bangka mendapat tantangan dari beberapa pihak, termasuk kaum lanun (perompak), kerajaan tetangga seperti Lingga, bahkan kongsi dagang Eropa seperti East India Company (EIC) milik Inggris dan Vereenigde Oost Compagnie (VOC) milik Belanda yang rakus.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *