Pilihannya jatuh kepada STM Sorong yang menawarkan jurusan listrik. Pertimbangannya, ia mendapat tawaran untuk masuk ke salah satu dari dua STM yang ada di Papua kala itu.
Listrik menjadi jalan hidup Salmon Kareth. Ia memutuskan untuk kuliah di Pulau Jawa dan mengambil jurusan teknik elektro pada 1993. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) telah menjadi saksi kecintaannya terhadap kelistrikan.
Alasannya memilih kuliah di Jawa karena saat itu minim sekali jurusan bidang eksakta di Papua. Perguruan tinggi di Papua didominasi jurusan ilmu sosial.
“Saya berpikir kalau dulu masuk SMA pasti jadi dokter karena saya sangat suka biologi, tetapi ternyata sekarang saya jadi dokter listrik,” ucap anak ketiga dari lima bersaudara ini.
Lulus kuliah, ia kembali ke tanah Papua. Dia menjadi dosen di Institut Sains dan Teknologi Jayapura (ISTJ) yang sekarang berganti nama menjadi Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ).
Dorongan untuk mengabdi secara langsung di dunia kelistrikan tetap bergelora di hatinya. Ini pula lah yang mendasari Salmon Kareth untuk bergabung langsung dengan PLN dan memberanikan diri untuk mengikuti seleksi penerimaan pegawai.
Tugas pertamanya sebagai staf di PLN wilayah Papua Cabang Jayapura. Kemudian, berpindah-pindah tempat ke Makassar sebelum akhirnya kembali lagi ke Papua.
Pada saat menjabat sebagai Manajer PLN UP3 Biak pada 2016, Salmon membuat gebrakan dengan mengalirkan listrik ke wilayah-wilayah pedalaman Papua. Kampung tempat tinggalnya juga tidak ketinggalan.
“Saya semacam harus bayar utang budi dengan kampung karena saya sudah bekerja di kelistrikan jadi kampung sendiri juga tidak dilupakan,” kata Salmon Kareth.