OKEYBOZ.COM, BANGKA – Mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela pernah mengatakan Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia. Untuk mampu menjaga kesehatan akal dan jasmani seseorang, akses terhadap pendidikan merupakan wajib bagi setiap warga negara. Semua kalangan berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, berkeadilan dan gratis seperti dalam Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi, “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.
Pendidikan yang rendah sama seperti “Pertumbuhan tanpa Pembangunan”. Oleh karena itu Pendidikan harus dipandang penting oleh semua kalangan, karena dengan menempuh pendidikan maka dapat merubah pribadi menjadi berkarakter, berwawasan luas, inovatif dan banyak lagi.
Sejak dimulainya era Pandemi Covid-19 tahun 2020, dunia mengalami transformasi besar-besaran pada semua bidang terutama pendidikan. Terjadi cultureshock pada guru karena belum memahami metode pengajaran yang tepat dan murid karena faktor lingkungan yang berbeda-beda. Terlebih sarana dan prasarana pengajaran untuk online tidak memadai.
Dampaknya adalah banyak murid yang gagal memahami materi pembelajaran yang diberikan dan cenderung malas-malasan, kondisi demikian diperparah dengan aktivitas penggunaan gadget yang meningkat. Siswa cenderung membuka gadget untuk bermain game dan bermedia sosial yang tidak bermutu, daripada belajar bersama orangtua serta membaca buku.
Masalah ini yang menjadi penyebab siswa zaman sekarang mengalami penurunan pengetahuan dan prestasi belajar. Hasil program PISA (Program for International Student Assessment) pada tahun 2018 yang diumumkan OECD, mengumumkan Indonesia memasuki berada pada peringkat 72 dari 77 negara. PISA atau program penilaian pelajar internasional merupakan suatu program penilaian tingkat dunia yang diselenggarakan setiap 3 tahun guna menguji para pelajar yang berusia 15 tahun. Skor yang rendah, mencerminkan ketidakmampuan siswa menyerab pembelajaran dengan baik.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual, yang menjunjung Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian harus prihatin, sebab jika generasi penerus bangsa diisi oleh orang-orang bodoh maka, seperti kata David Lewis “Kita akan binasa bersama sebagai orang-orang bodoh “
Mahasiswa menjadi ujung tombak untuk menumpas kebodohan, apabila disekitarnya tidak ada yang peduli. Rasa kepedulian terhadap pendidikan, harus digiatkan melalui aksi nyata yang bertujuan membantu para calon generasi penerus bangsa menjadi generasi yang progresif dan pemikir seperti para pendiri bangsa terdahulu, ditengah kemerosotan moral yang tengah melanda zaman ini.
Seperti yang dilakukan oleh Hairul Sandi Mantowi (Jurusan Ilmu Politik), dan Anggita Puspita (Jurusan Agroteknologi) mahasiswa Universitas Bangka Belitung. Dalam mewujudkan Tri Darma Perguruan Tinggi tentang pengabdian, dua mahasiswa ini merupakan aksi nyata untuk membantu meningkatkan kualitas inteletektual siswa SDN 7 Namang, melalui program “Analis Muda Creation”.
Program ini, merupakan sarana bagi mahasiswa untuk menyalurkan pengetahuan melalui metode bimbingan belajar khususnya pada pelajaran Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah. Tujuannya adalah agar siswa-siswa yang mengalami masalah dalam belajar, dapat dibantu supaya dapat memahami materi yang diberikan. Program ini sudah berjalan sejak bulan Januari dan akan terus berlangsung selama 5 bulan dari Januari – Juni 2023.
Saat ini sudah ada 7 siswa yang menjadi bagian dari program ini dan harapannya akan terus bertambah. Untuk lokasi mengajar, saat ini berada di salah satu rumah warga bernama Erwin, yang berada di Desa Bukit Kijang, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka tengah. Erwin adalah orangtua dari salah satu siswa yang terlibat aktif program ini.
Para orangtua sangat bahagia, Ketika program ini hadir. “Bersyukur, karena membantu anak-anak untuk belajar. Karena jika di rumah cenderung banyak bermain” ujar Erwin. Banyak orangtua yang memberi harapan kepada program ini agar terus berlanjut.
Walaupun berasal dari daerah yang memiliki sarana dan prasarana Pendidikan yang belum efektif, para orangtua dan siswa menyadari bahwa tantangan dalam dunia pekerjaan abad ke-21 semakin berat. Persaingan global memaksa untuk terus bergerak agar tidak ketinggalan dari negara lain. Pendidikan sebagai landasan utama kemajuan bangsa harus diperkuat untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang hebat di masa depan.
Untuk saat ini Hairul selaku inisiator menyerukan “Mahasiswa harus sadar, bahwa tidak semua orang memiliki kesempatan Pendidikan yang sama, oleh karena itu, saya harap para mahasiswa dapat membantu adik-adik kita yang kurang mampu dalam mengenyam Pendidikan agar cita-cita mereka dapat terwujud, dan itulah definisi mahasiswa sebagai agent of change dan saya harap teman-teman dapat bergabung menjadi inisiator perubahan ”(**)