Peran Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Di Masyarakat Bangka

Bagikan

Ketua umum PMII cabang Bangka adalah Mursalim, dan sudah memiliki puluhan pengurus inti dan banyak sekali tersebar anggotanya, baik itu dari masyarakat umum ataupun mahasiswa.

Tanggung jawab besar  PMII tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam menentukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kualitas dan pengetahuan para eksekutif. Intelektual begitu penting bagi eksekutif sehingga jika ruang pengetahuan eksekutif kosong dan  tidak ada tradisi dialektis, maka  terjadi  stagnasi  pemikiran dan gerakan sosial. Ketika ruang pengetahuan kosong, tidak mungkin terjadi gerakan revolusioner. Karena semua yang  terjadi adalah gerakan reaksioner elitis. Pencapaian tujuan utama dan cita-cita PMII adalah menciptakan kader kader yang berkualitas dan bisa memberikan manfaat baik untuk PMII dan masyarakat luas.

 

Tujuan lainnya juga tentunya membutuhkan perencanaan yang  strategis dan tindakan yang sistematis. Hal ini menjadikan langkah PMII terpimpin, terintegrasi dan berkelanjutan dalam semua kebijakan, program dan rangkaian perjuangan. Strategi gerakan  merupakan gambaran pembinaan dan pengembangan sebagai wujud dari keinginan warga PMII, dan perjuangan  yang pada hakekatnya merupakan pola dasar dan umum program jangka panjang untuk mencapai tujuan organisasi.

 

Ketika berbicara “strategi” tentu tidak lepas dari yang namanya “gerakan” karena dua hal ini sangat relevan ketika diaplikasikan dalam organisasi, spesifiknya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Subjek mengenai strategi dan gerakan sangat krusial untuk diterapkan dalam berbagai kepentingan, antara lain; melakukan rekrutmen kaderisasi, implikasi dalam percaturan politik kampus, hingga dominasi leadingsector kampus. Strategi dan gerakan yang lain juga harus jelas dan terarah, seperti melakukan ekspansi dan diplomasi dengan organisasi internal kampus dan birokrasi kampus, mensiasati dan memperbaiki hubungan itu kembali. Kader PMII jangan pernah membiarkan titik sentral kampus dikuasai oleh kelompok-kelompok radikal dan intoleransi, karena ini akan menyebabkan dangkalnya pemahaman kebangsaan terhadap mahasiswa lebih-lebih mahasiswa baru.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *